Bengkulu Utara – Satuan Tugas Pengamanan Pulau Terluar (Satgas Pam Puter) Enggano bergerak cepat berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait untuk mengevakuasi warga Pulau Enggano yang terdampak terhambatnya transportasi laut akibat pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Bai, Bengkulu. Operasi ini dilakukan atas perintah Komandan Kolakops Pam Pulau Terluar, Brigjen TNI Rachmad Zulkarnaen, sebagai bentuk tanggap darurat terhadap kesulitan masyarakat.
Sebanyak 114 orang berhasil dievakuasi menggunakan Kapal Bakamla RI KN. Pulau Marore 322, terdiri dari 52 warga Enggano, 60 mahasiswa Universitas Islam Negeri Fatmawati Soekarno (UINFAS) Bengkulu yang baru menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata (KKN), serta dua pasien dengan kondisi medis darurat.
Evakuasi dilakukan dari Dermaga Malakoni menggunakan dua unit speed boat menuju kapal Bakamla yang berjarak 500 meter dari pelabuhan karena tidak dapat bersandar langsung.
Proses dilaksanakan secara bertahap, tahap pertama 52 warga Enggano, tahap kedua 60 mahasiswa, Tahap ketiga dua penyandang disabilitas
“Kapasitas speed boat terbatas, hanya delapan orang per trip, sehingga evakuasi harus dilakukan bertahap untuk menjamin keselamatan,” jelas Kapten Inf Lilik Yuniarso, Danton Satgas Pam Puter Enggano.

Selain penumpang, kapal juga mengangkut hasil bumi warga untuk dipasarkan di Bengkulu. “Ini upaya menjaga stabilitas ekonomi masyarakat yang bergantung pada distribusi komoditas,” tambah Lilik.
Operasi ini melibatkan Lanal Bengkulu, Pos AL, Koramil, Polsek, Pemerintah Kecamatan/Desa, Basarnas, dan KPLP. KN. Pulau Marore 322 hanya bisa menurunkan penumpang di luar alur Pelabuhan Pulau Bai yang masih dalam pengerukan, kemudian evakuasi dilanjutkan dengan kapal kecil ke Dermaga ASDP.
“Kami berkomitmen mendampingi masyarakat dalam setiap kesulitan, termasuk krisis transportasi ini,” tegas Lilik. Langkah ini memperkuat peran Satgas sebagai garda terdepan pengamanan dan pelayanan pulau terluar.